Sabtu, 28 Februari 2009

Akar-Akar Pohon

"Ikhlas…. bukan besarnya yang mengukur anda kalah atau menang, yang penting jadilah wajar dan matang"
"Aku mengharapkan kalau ILMU ini tersebar, tanpa diketahui penyebarnya"
"Imam m Syafi'i"



Dalam suatu kunjungan ke rumah salah seorang sahabat muda di Jakarta beberapa hari lalu, tanpa sengaja membaca tulisan dalam bingkai kaca. Tulisan tersebut langsung mengingatkan kembali pada waktu masih kuliah dulu. Dikutip dan entah mana sumbernya, tapi yang pasti seingat saya dan komputer di rental kami, dengan judul, 'akar-akar pohon', tanpa nama pengarang. Namun tulisan ini, beberapa waktu setelah itu saya baca dibuku 'Berani Gagal'-nya Billi P.S. Lim dan ternyata ditulis orang yang bernama Douglas Mallock, dengan judul 'kita bisa menjadi diri kita yang terbaik'.


Tidak jadi masalah, apapun judulnya, namun waktu itu, saya lebih senang menggunakan judul pertama, singkat dan artisitik. Dan tulisan tersebut terasa luar biasa, terut
ama ketika diri ini dipercaya menakhodai salah satu organisasi mahasiswa di universitas


Bila anda tidak bisa menjadi pohon cemara di atas bukit. Jadilah belukar di lembah. Tapi jadilah belukar indah di pinggir parit".
"Jadilah perdu, bila tak bisa jadi pohon. Bila tak bisa jadi perdu, jadilah rumput. Dan buatlah jalan-jalan jadi semarak dan semerhak. Bila Ink bisa jadi gurame, jadilah teri. Tapi teri yang paling indah di tambak".

"Kita tidak semua nya bisa jadi komandan, harus ada yang jadi pasukan. Semua ada kepentingannya masing-masing. Ada pekerjaan hesar, ada pekerjaani kecil".
Semua harus dilakukan. Dan tugas yang harus kita kerjakan ialah yang terdekat dengan kita".
"Bila anda tidak bisa jadi jalan besar ,jadilah pematang. Bila anda tidak bisa jadi matahari, Jadilah bintang".
"Bukan besarnya yang mengukur anda kalah atau menang, yang penting...

Jadilah Wajar Dan Matang"

(Akar-akar Pohon, Douglas Mallock)


Pada awalnya tulisan ini, hanya dikutip untuk mengajak rekan-rekan, agar aktif di organisasi. Terutama, meminta mereka berperan pada posisinya masing-masing. Hal ini berangkat dan kenyataan, adanya fenomena anggota organisasi, merasa baru akan aktif dan bertanggungjawab kalau masuk dalam jajaran pengurus organisasi. Dengan kata lain, hanya sedikit orang yang mau berperan aktif tanpa harus menunggu menjadi pengurus terlebih dahulu. Sehingga 'Akar-akar Pohon'-nya Douglas Mallock ini memberikan semacam gugatan, 'jeweran-jeweran halus' kepada kita semua, bahwa 'semua harus dilakukan, baik pekerjaan besar, maupun pekerjaan kecil. Dan tugas yang harus kita kerjakan ialah yang terdekat dengan kita. Itula h MENJA DI WAJA R DAN MATANG.


Namun setelah bekerja, pemaknaan 'menjadi wajar dan matang'-nya Douglas Mallock ini, seakan bertambah, terutama setelah digabung dengan tulisan Gede Prama yang berjudul 'Percakapan Antarakar Cemara'.

Gede Prama memberikan pengandaian dengan merujuk pada pohon cemara. Kalau kita melihat pohon cemara, tentu terlintas dalam pikiran kita bahwa keindahan cemara sangatlah ditentukan oleh daunnya. Namun, kita sering lupa bahwa tidak akan ada daun cemara yang indah tanpa didukung oleh akar yang sehat!. Dengan kata lain, nasib keindahan cemara juga
ditentukan oleh akarnya. Yang mengagumkan, kendati akar cemara terpendam di dalam, tidak kelihatan dan jarang dipuji, tetapi ía tetap rajin mencari makanan untuk menghasilkan daun cemara yang indah. Luarbiasa bukan...

Pengandaian ini sontak mengejutkan, sekaligus menyindir secara luar biasa, terutama saat diri ini sering berada dalam ketidakstabilan kinerja. Apalagi ketika dihadapkan pada tuntutan harus mendorong energi produktif di tengah lapangan yang serba apatis, tak mau tau,
tidak peduli, dan tidak mau mengakui keberhasilan orang lain. Inilah kenyataan yang sering kita jumpai di dunia kerja, di organisasi, dan saya yakin juga di tempat-tempat lain. Tak jarang kita berada di lingkungan orang-orang yang kalau berhasil berlomba-lomba mengakui berbagai kontribusinya, tapi giliran salah, 'cepat-cepat lempar batu sembunyi tangan'. Kalau sudah menghadapi kondisi seperti ini, seakan ada energi yang mendorong tubuh ini untuk lari dan ikutan apatis, masa bodoh, syukur-syukur tidak mengarahkan diri pada tindakan moral hazard, sebagai ekspresi dan ke-frustasi-an menghadapi lingkungan.


Bersyukur rasanya, ketika menyadari bahwa 'akar-akar pohon'-nya Douglas Mallock maupun Gede Prama di atas, ternyata mengajari kita paling tidak akan dua hal, yaitu IKHLAS dan OTENTIK. Khan..., bagian tersulit dalam hidup ini adalah menerima apa yang seharusnya kita terima dan melaksanakan apa yang seharusnya kita laksanakan, terutama saat kita berada pada posisi akar-akar pohon. Adalah manusiawi, banyak dan bagian diri ini, yang maunya semua enak, yang maunya semua mudah, yang maunya semua lancar, maunya yang senang-senang. Kalau sudah begini, akan ada energi yang bertambah ketika orang memberikan bunga-bunga pujian, dan sebaliknya akan ada kesedihan yang ikut di balik setiap komentar yang mencela. Nah, di sinilah penting belajar dan akar-akar pohon dalam 'menjadi wajar dan matang'.


Menjadi wajar dan matang, berarti membentuk diri untuk IKH LAS. Imam Ghazali mengatakan: "hakikatnya setiap kita adalah mati, kecuali mereka yang berilmu. Setiap yang berilmu hakikatnya ada dalam keadaan tertidur, kecuali mereka yang beramal. Setiap yang beramal adalah tertipu, kecuali mereka yang ikhlas". Coba kita perhatikan, bukankah akar-akar pohon berkerja tanpa harapan untuk dipuji, dan tidak juga takut pada ketidakpastian hasil akhirnya, yang pasti dia kerjakan tugasnya dengan tuntas, sebaik-baiknya. Orang yang hidup tanpa mengejar pujian dan menakuti akan makian, sangat mirip dengan keikhlasan akar-akar pohon, yang ia pikir hanya berkarya, berkarya... hasilnya, seperti apapun hasilnya, ia terima dengan ikhlas. Mungkin ini yang dimaksud oleh Aroyo Macapagal, saat berpesan kepada anaknya, Gloria Macapagal (sekarang presiden Fhiliphina), 'lakukan dengan benar, lakukan semampumu dan biarkan Tuhan yang menilai semuanya'.

Menjadi wajar dan matang, berarti mengarahkan diri pada ke-OTENTIK-an untuk mampu melakukan pengendalian diri serta tidak memaksakan kehendak apabila keinginannya tidak sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Tidak terlintas untuk melakukan kepalsuan atau kebohongan hanya karena alasan "gengsi" atau "prestise" karena kejujuran berarti juga keberanian mengatasi
din sendiri. Wajar saja Nietzsche pernah menghujat tipe orang yang keluar dan keotentikan dirinya dengan mengatakan, 'Jangan menghendaki sesuatu yang melebihi kemampuan-mu. Mereka
yang menginginkan sesuatu di luar kemampuannya sendiri, men gandung kepalsuan yang sangat memalukan

Demikianlah akar-akar pohon tetap otentik, segelap dan setidak enak apapun pengalamannya, pelayanannya justru semakin bertumbuh, bertumbuh, bertumbuh. Akankah pertumbuhan akar menghasilkan bunga atau tidak, akar tidak pernah bertanya. Ia hanya mengenal berjalan di
tempat yang lebih gelap tidak perduli ke mana ujungnya. Mengirimkan seberapa banyak pun yang ia peroleh, tidak mengkorup hasilnya, tidak mengambil sesuatupun dan yang
bukan hak-nya.

Nah...! Memanglah apa yang saya lakukan selama ini belum sepenuhnya berangkat dan keikhlasan dan keotentikan ala akar-akar pohon. Tetapi, adalah penting untuk terus belajar, belajar dan belajar, memposisikan sang diri untuk IKHLAS dan OTENTIK, karena inilah awal bagi kita untuk menjadi manusia sesungguhnya.

Apalagi dunia ini akan selalu berubah, hari ini kita hanyalah akar-akar pohon. Besok, ada saatnya kita yang akan menjadi daun-daun, buah ataupun bunga. Saat berada di sini, wajarkah kita berharap ada akar-akar yang ikhlas dan setia untuk memperkuat daun-daun kita? seandainya saat sekarang ketika menjadi akar-akar cemara, kita sendiri tidak ikhlas dan palsu?... Dan yang terpenting lagi saat ini, ternyata tanpa kita sadari, sebenarnya kita sudah sering berada di posisi daun cemara, entah kita lupa atau tidak? Bagi seorang staf perusahaan bukankah ia daun cemara dan karyawan-karyawannya? Bagi dosen, guru, bukankah mahasiswa dan murid-murid adalah akar-akar yang memperkuat eksistensi kita? Menjadi wajar dan matang, juga mengingatkan kalau kita berada pada posisi daun-daun cemara, sadarilah bahwa keluarbiasaan kita, kesuksesan kita, kemenangan kita, sangat ditentukan oleh rangkaian-rangkaian kerja orang lain, jadi apa yang perlu kita bangga-kan???

--------------------------&&&&------------------------------------------------------
Literature: Gede Prama, Hidup Bahagia Selamanva


Tidak ada komentar:

Posting Komentar